Rabu, 29 Maret 2017

Sejarah Ringkas Mengenai Peradaban Muslim di Andalusia (Spanyol)

SEJARAH ISLAM DI SPANYOL
Spanyol Islam (711-1492)
Islam Spanyol adalah campuran multi-budaya dari orang-orang dari tiga agama monoteistik besar: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Walaupun orang-orang Kristen dan Yahudi hidup di bawah pembatasan, namun dalam waktu yang sangat lama tiga kelompok ini berhasil bersama-sama, dan sampai batas tertentu, saling mengambil manfaat dari kehadiran satu sama lain.
Kenyataan ini membawa peradaban ke Eropa yang sepadan dengan ketinggian Kekaisaran Romawi dan Renaissance Italia.

www.hispanicmuslims.comPada tahun 711 pasukan Muslim datang ke Spanyol dan dalam tujuh tahun menaklukkan Semenanjung Iberia.
Ini lalu menjadi salah satu peradaban Islam yang besar; mencapai puncaknya pada Khalifah Umayyah Cordoba pada abad ke-10.
Kekuasaan Muslim menurun setelah itu dan berakhir pada tahun 1492 ketika Granada ditaklukkan.
Jantung kekuasaan Islam adalah Spanyol Spanyol atau Andulusia.
Periode
Muslim Spanyol bukan hanya satu periode, tetapi serangkaian periode dengan kekuasaan yang berbeda.
• Emirat yang Merdeka (711-756)
• Emirat yang Tidak Merdeka (756-929)
• Khalifah (929-1031)
• Era Al-Murabbitun (1031-1130)
• Kemunduran (1130-1492)
Penaklukan
Kisah yang secara tradisional diyakini terjadi adalah bahwa pada tahun 711, Kristen yang tertindas, kepala Julian, pergi ke Musa bin Nusair, gubernur Afrika Utara, dengan meminta bantuan melawan tirani Visigoth penguasa Spanyol, Roderick.
Musa menjawab dengan mengirimkan jenderal muda Tariq bin Ziyad dengan pasukan 7.000 pasukan. Nama Gibraltar berasal dari Jabal At-Tariq yang dalam bahasa Arab berarti ‘Bukit Tariq’ dinamai tempat di mana pasukan Muslim mendarat.
Cerita tentang permohonan bantuan ini tidak diterima secara umum. Tidak diragukan bahwa Tariq menyerbu Spanyol, tetapi alasan untuk hal itu mungkin lebih berkaitan dengan dorongan Muslim untuk memperbesar wilayah mereka.
Pasukan Muslim mengalahkan tentara Visigoth dengan mudah, dan Roderick terbunuh dalam pertempuran itu.
Setelah kemenangan pertama, kaum muslim menguasai sebagian besar Spanyol dan Portugal dengan sedikit kesulitan, dan bahkan dengan sedikit perlawanan. Pada tahun 720 Spanyol itu sebagian besar berada di bawah kekuasaan Muslim (atau Moor, nama yang sering disebut).
Kekuatan Islam yang berkuasa terdiri atas kebangsaan yang berbeda, dan banyak dari pasukan yang berpindah agama dengan motivasi yang tidak pasti, sehingga pembentukan negara muslim yang koheren itu tidak mudah.
Andalusia
Pusat kekuasaan Islam adalah Spanyol Selatan atau Andulusia. Nama Andalusia berasal dari istilah Al-Andalus yang digunakan oleh orang Arab, berasal dari orang-orang Vandal yang telah menetap di wilayah ini.
Stabilitas
Stabilitas pada Muslim Spanyol terwujud pada pembentukan Bani Umayyah Andalusia, yang berlangsung tahun 756 hingga 1031.
Yang berjasa adalah Amir Abd al-Rahman, yang mendirikan Emirat Cordoba, dan mampu menyatukan berbagai kelompok-kelompok Muslim yang telah menaklukkan Spanyol untuk bersama-sama menguasainya.
Masa Keemasan
Masa kekuasaan Muslim di Spanyol sering digambarkan sebagai “zaman keemasan” ilmu pengetahuan di mana perpustakaan, perguruan tinggi, pemandian umum didirikan dan sastra, puisi dan arsitektur berkembang. Baik muslim dan non-Muslim telah memberikan kontribusi besar untuk berkembangnya budaya di sana.
Sebuah Keemasan Toleransi Agama?
Spanyol Islam kadang-kadang digambarkan sebagai “zaman keemasan” toleransi agama dan etnis serta harmoni antara Muslim, Kristen dan Yahudi.
Beberapa sejarawan percaya bahwa gagasan tentang sebuah zaman keemasan adalah palsu dan akan membawa pembaca modern untuk percaya, secara keliru, bahwa Muslim Spanyol itu toleran dengan standar yang sama dengan torleransi Britania abad ke-21.
Keadaan sebenarnya lebih rumit. Sejarawan terkemuka Bernard Lewis menulis bahwa status non-Muslim dalam Islam Spanyol adalah semacam kewarganegaraan kelas dua tapi dia terus berkata:
"Kelas dua kewarganegaraan, meskipun kelas kedua, itu adalah sebuah kewarganegaraan. Melibatkan beberapa hak, meskipun tidak semua, dan yang pasti lebih baik daripada tidak ada hak sama sekali ..."
"... Sebuah status yang, meskipun merupakan salah satu bentuk rendah diri kepada kelompok dominan, yang ditetapkan oleh hukum, diakui oleh tradisi, dan dikonfirmasi oleh persetujuan masyarakat umum, tidak boleh dipandang rendah." (Bernard Lewis, The Jews of Islam, 1984).
Hidup non-Muslim dalam Spanyol Islam
Yahudi dan Kristen mempertahankan beberapa bentuk kebebasan di bawah kekuasaan Islam, mereka menyediakan dan mematuhi aturan-aturan tertentu. Meskipun aturan-aturan itu kini akan dianggap benar-benar tidak dapat diterima, mereka tidak banyak terbebani menurut standar waktu itu, dan dalam banyak hal non-Muslim Islam Spanyol (setidaknya sebelum 1050) diperlakukan lebih baik daripada yang mungkin dipikirkan oleh orang-orang jajahan selama periode sejarah.
• Mereka tidak dipaksa untuk hidup di ghetto-ghetto atau lokasi khusus lainnya
• Mereka bukan budak
• Mereka tidak dicegah untuk tetap pada iman mereka
• Mereka tidak dipaksa untuk ganti agama atau mati di bawah kekuasaan Islam
• Mereka tidak dilarang untuk mencari nafkah dengan cara tertentu, mereka sering mengambil pekerjaan yang dijauhi oleh umat Islam;
o termasuk pekerjaan yang tidak menyenangkan adalah penyamakan kulit dan penjagalan
o tapi juga menyenangkan pekerjaan seperti perbankan dan berhubungan dengan emas dan perak
• Mereka bisa bekerja sebagai pegawai negeri pada penguasa Islam
• Orang Yahudi dan Kristen mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat dan budaya
Pandangan alternatif tentang Masa Keemasan Toleransi adalah bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen sangat terikat dalam Spanyol Islam, dengan dipaksa untuk hidup dalam keadaan ‘dhimmitude’ (dzimmiy). (Dzimmi adalah non-muslim yang tinggal di sebuah negara Islam. Mereka bukan budak, tetapi tidak memiliki hak yang sama dengan seorang Muslim yang tinggal di negara yang sama).
Di negara Islam Spanyol, Yahudi dan Kristen ditoleransi jika mereka:
Mengakui superioritas Islam
Menerima kekuasaan Islam
Membayar pajak yang disebut jizyah kepada penguasa muslim dan kadang-kadang membayar lebih tinggi dari pajak lainnya
Menghindari penghujatan
Tidak mencoba untuk mengkonversi orang Muslim
Mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Ini termasuk:
o pembatasan pakaian dan kebutuhan untuk memakai lencana khusus
o pembatasan pada pembangunan sinagog dan gereja
o tidak diizinkan untuk membawa senjata
o tidak bisa menerima warisan dari seorang muslim
o tidak bisa mewariskan apa pun untuk seorang muslim
o tidak bisa memiliki budak Muslim
o dzimmi pria tidak bisa menikah dengan seorang wanita Muslim (tapi sebaliknya dapat diterima)
o dzimmi tidak bisa memberikan kesaksian dalam pengadilan Islam
o dzimmi akan mendapatkan kompensasi lebih rendah dari umat Islam yang cederanya sama
Kadang-kadang ada pembatasan praktik ibadah yang terlalu terang-terangan. Bunyi lonceng atau menyanyi terlalu keras dibatasi.
Banyak orang Kristen di Spanyol berasimilasi dengan kultur Muslim. Beberapa di antara mereka belajar bahasa Arab, mengadopsi pakaian yang sama dengan penguasa (beberapa wanita Kristen bahkan mulai mengenakan jilbab); beberapa mengambil nama Arab. Kristen yang melakukan ini dikenal sebagai Mozarabs.
Para penguasa muslim tidak memberi non-muslim status yang setara; non-Muslim berada di bagian masyarakat tingkat bawah.
Masyarakat dibagi secara tajam menurut etnis dan agama, dengan suku-suku Arab berada di puncak hirarki, diikuti oleh Barbar yang tidak pernah diakui secara sama, meskipun mereka Islam; lebih rendah dalam skala adalah mullawadun yang masuk Islam dan, di bagian paling bawah, para dhimmi Kristen dan Yahudi (Bat Ye'or, Islam and Dhimmitude, 2002).
Kaum muslimin tidak secara eksplisit membenci atau menganiaya non-Muslim. Sebagaimana Bernard Lewis menyatakannya:
kontras dengan anti-Semitisme Kristen, perilaku Muslim terhadap non-Muslim bukan benci atau rasa takut atau iri tetapi hanya semacam penghinaan (Bernard Lewis, The Jews of Islam, 1984).
Sebuah contoh penghinaan ini ditemukan di abad ke-12:
Seorang Muslim tidak boleh pijat seorang Yahudi atau seorang Kristen atau membersihkan kakus mereka. Orang Yahudi dan Kristen lebih cocok untuk seperti perdagangan, karena mereka adalah pedagang yang keji.
Mengapa non-Muslim ditoleransi di Spanyol Islam?
Ada beberapa alasan mengapa para penguasa muslim toleran terhadap agama berbeda:
• Yudaisme dan Kristen adalah agama monoteisme, jadi umat mereka dianggap menyembah Tuhan yang sama
o walaupun memiliki beberapa kepercayaan dan praktek-praktek yang berbeda, seperti tidak mau menerima Muhammad dan Al-Qur'an
• Orang-orang Kristen kalah jumlah kaum muslimin
o massa konversi atau massa eksekusi tidak praktis
o melarang atau mengendalikan kepercayaan begitu banyak orang akan berbiaya mahal
• Melibatkan non-Muslim dalam pemerintahan memberikan para penguasa petugas administrasi
o yang setia (karena tidak terikat ke salah satu dari berbagai kelompok Muslim)
o yang bisa dengan mudah disiplin atau dipecat jika diperlukan. (Seorang Pejabat memiliki seorang Kristen sebagai kepala pengawalnya)
• Ayat-ayat dalam Al-Qur'an mengatakan bahwa orang Kristen dan Yahudi harus ditoleransi jika mereka mematuhi aturan-aturan tertentu
Penindasan Spanyol Islam Belakangan
vladtepesblog.comTidak semua penguasa Muslim Spanyol toleran. Al-Manshur menjarah gereja dan memberlakukan pembatasan ketat.
Posisi non-Muslim di Spanyol memburuk secara substansial dari pertengahan abad ke-11 ketika para penguasa lebih ketat dan Islam datang di bawah tekanan besar dari luar.
Orang Kristen tidak diizinkan memiliki rumah lebih tinggi daripada umat Islam, tidak boleh mempekerjakan pelayan Muslim, dan harus memberi jalan kepada umat Islam di jalanan.
Orang Kristen tidak boleh menampilkan simbol-simbol iman mereka di luar, bahkan tidak boleh membawa Alkitab. Ada penganiayaan dan eksekusi.
Salah satu peristiwa terkenal adalah pembunuhan terencana di Granada pada tahun 1066, dan ini diikuti dengan kekerasan dan diskriminasi lebih lanjut di mana kerajaan Islam itu sendiri berada di bawah tekanan.
Bersamaan dengan mundurnya kerajaan Islam, dan lebih banyak wilayah yang diambil alih kembali oleh penguasa Kristen, orang Muslim di daerah Kristen menemukan diri mereka menghadapi tekanan-tekanan yang sama dengan yang sebelumnya mereka telah lakukan terhadap orang lain.
Namun, secara keseluruhan, banyak kelompok agama minoritas akan menjadi lebih buruk setelah Islam digantikan di Spanyol oleh Kristen.
Ada juga budaya aliansi, terutama dalam arsitektur - 12 singa di istana Al-Hambra adalah pengaruh Kristen.
Masjid di Cordoba, sekarang diubah menjadi katedral masih, agak ironis, yang dikenal sebagai La Mezquita atau secara harfiah, masjid.
Masjid ini dibangun pada akhir abad ke-8 oleh pangeran Ummayyad Abd Al-Rahman bin Muawiyah.
Di bawah pemerintahan Abdul Rahman III (r. 912-961) Islam Spanyol mencapai kekuasaan terbesarnya, setiap Mei, kampanye diluncurkan menuju perbatasan Kristen, ini juga merupakan puncak budaya peradaban Islam di Spanyol.
Cordoba
Pada abad ke-10, Cordoba, ibukota Bani Umayyah di Spanyol, tak tertandingi di Timur dan Barat dalam hal kekayaan dan peradaban. Seorang penulis menulis tentang Cordoba:
ada setengah juta penduduk, tinggal di 113.000 rumah. Ada 700 masjid dan 300 pemandian umum tersebar di seluruh kota dan sub kotanya. Jalan-jalan beraspal dan bercahaya ... Ada toko-toko buku dan lebih dari tujuh puluh perpustakaan.
Sarjana Muslim berfungsi sebagai penghubung utama dalam membawa filsafat Yunani—di mana umat Islam adalah penjaga utama—ke Eropa Barat.
Ada Persimpangan dan aliansi antara para penguasa Muslim dan penguasa Kristen seperti pejuang legendaris Spanyol, El-Cid, yang berjuang baik terhadap dan bersama umat Islam.
Interaksi Muslim, Yahudi dan Kristen
Bagaimana Muslim, Yahudi dan Kristen berinteraksi dalam praktik? Apakah ini adalah periode toleransi yang kasat mata diperkuat dengan rasa saling menghormati teks-teks suci? Apa yang pada akhirnya menyebabkan jatuhnya Cordoba dan Spanyol Islam? Dan apakah kita bersalah karena telah terlalu memuja periode ini sebagai zaman keemasan hidup bersama?
Tiga kontributor mendiskusikan pertanyaan ini dengan Melvyn Bragg. Mereka adalah: Tim Winter, yang memeluk Islam dan dosen dalam Studi Islam di Fakultas of Divinity di Cambridge University; Martin Palmer, seorang pengkhotbah awam Anglikan dan teolog penulis The Sacred History of Britain; dan Mehri Niknam, Direktur Eksekutif Maimonides Foundation, sebuah gabungan Muslim-Yahudi Interfaith Foundation di London.
Kehancuran
Runtuhnya kekuasaan Islam di Spanyol adalah karena tidak hanya meningkatkan agresi dari negara-negara Kristen, tapi juga melahirkan perpecahan di antara para penguasa muslim. Bencana itu datang baik dari pusat dan ekstremitas.
Pada awal abad ke-11, kekhalifahan Islam satu-satunya telah hancur menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Pusat Islam besar pertama yang jatuh ke tangan Kristen adalah Toledo pada tahun 1085.
Kaum muslimin membalas dengan pasukan dari Afrika di bawah Jenderal Yusuf bin Tasyfin yang mengalahkan orang-orang Kristen secara meyakinkan pada 1086, dan 1102 telah merebut kembali sebagian besar dari Andalusia. Secara umum mampu menyatukan kembali banyak Muslim Spanyol.
Kebangkitan Kembali
Itu tidak bertahan lama. Yusuf meninggal pada 1106, dan, salah satu sejarawan mengatakan, para “penguasa negara-negara Muslim mulai saling jagal satu sama lain lagi”.
Pemberontakan internal pada 1144 dan 1145 kemudian menghancurkan persatuan Islam, dan walaupun sesekali berhasil secara militer, dominasi Islam Spanyol itu berakhir untuk selamanya.
Kaum muslimin akhirnya kehilangan semua kekuasaannya di Spanyol pada 1492. Oleh penguasa Kristen 1502 mengeluarkan perintah mengharuskan semua umat Islam masuk agama Kristen, dan ketika ini tidak berhasil, mereka memaksakan pembatasan brutal kepada Muslim Spanyol yang masih tersisa.[]

KISAH TELADAN ISLAM

📜KISAH ULAMA KAJIANNYA MEMUKAU DAN MEMBUAT IMAM AHMAD PINGSAN AKAN TETAPI BELIAU TIDAK MEREKOMENDASI UNTUK DIAMBIL ILMUNYA📜
Dikisahkan dari banyak jalur yang shahih, salah satunya dari riwayat al-Khathib dan Imam Ibnul Jauzi Rahimahumallahu Ta’ala, adalah Ismail bin Ishaq as-Saraj yang dekat dengan sufi besar Imam al-Harits al-Muhasibi.
Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal datang menemui Ismail bin Ishaq. Katanya, “Aku mendengar bahwa engkau sering bertemu dengan al-Muhasibi. Jika demikian, aturlah waktu agar aku bisa mendengar dan mengikuti majlisnya di rumahmu.”
“Baiklah, Abu Abdillah.” jawab Ismail antusias. Dia bahagia karena Imam Ahmad bin Hanbal memulai pendekatan dialogis, sebab keduanya memiliki pandangan yang berbeda tentang ilmu kalam.
Ismail bergegas, mendatangi kediaman Imam al-Muhasibi. Setelah menerima undangan Ismail, Imam al-Muhasibi berkata, “Ada banyak orang yang menyertai kedatanganku, yang hadir di majlis itu. Kamu hanya cukup sediakan perasan minyak dan kurma. Jangan lebih dari itu.”
Ismail sepakat dengan permintaan Imam al-Muhasibi dan mempersiapkan penyambutan kedatangan mereka.
Setelah Imam al-Muhasibi sepakat, Ismail kembali mengabarkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad diminta datang setelah Maghrib, sebelum al-Muhasibi dan jamaahnya datang.
Di hari yang ditunggu-tunggu itu, datanglah Imam Ahmad bin Hanbal. Ismail mempersilakannya menempati salah satu kamar di rumahnya.
Selepas Isya’, datanglah al-Muhasibi dan jamaahnya. Saat pengajian dimulai, semua khusyuk mendengarkan hingga datanglah seorang murid yang ajukan pertanyaan.
“Al-Muhasibi menjawabnya, sementara para muridnya terpaku mendengar, seolah seekor burung hinggap di atas masing-masing kepala mereka. Kemudian ada yang menangis dan ada yang memekik histeris, sementara al-Muhasibi tengah berbicara.” tutur Ismail.
Tak lama setelah itu, Ismail masuk ke kamar tempat Imam Ahmad bin Hanbal. Ia masuk dengan hati-hati, agar tidak mengganggu sang Imam yang tengah mendengarkan uraian Imam al-Muhasibi.
“Ternyata,” ujar Ismail, “aku melihatnya (Imam Ahmad bin Hanbal) menangis hingga jatuh pingsan.”
Setelah acara kelar, para jamaah pengajian Imam al-Muhasibi kembali ke kediamannya masing-masing, sebelum waktu Subuh datang. Saat itu, kondisi Imam Ahmad sudah membaik. Ismail mendatanginya dan memberanikan diri untuk bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang mereka, wahai Abu Abdillah?”
Sang Imam menjawab, “Aku belum pernah melihat orang-orang seperti mereka. Aku belum pernah mendengar pembahasan ilmu hakikat seperti yang dikemukakan oleh pria itu (Imam al-Muhasibi).”
Di akhir penuturannya, sosok yang menjadi guru sekaligus murid Imam asy-Syafi’i ini berpesan kepada Ismail, “Melihat keadaan mereka itu, aku tidak membolehkanmu berguru kepada mereka.”
(Lihat Lammuddurril Mantsur Minal Qaulil Ma’tsur, Jamal Furaihan)
Via WA Ust.DR.Bahri Qosim hafidzahululloh

Minggu, 26 Maret 2017

Sejarah Assassin di Balik Perang Salib


Assassin, sebuah kata yang mungkin tak asing lagi bagi kita. Para gamer tentunya tahu akan karakter dan kisahnya. Selain itu, kata-kata assassin sudah sering terdengar di media internet, televisi, ataupun majalah. Assassin adalah salah satu legenda yang kurang tercium masyarakat dunia di tengah berkecamuknya Perang Salib.
Saya menemukan beberapa literatur tentang ‘ninja’ timur tengah ini dari buku yang membahas Perang Salib, beberapa webpage, dan juga game Assassin’s Creed. Dari buku dan internet tentunya saya dapatkan informasi mengenai fakta dan berbagai asumsi tentang Assassin. Sedangkan dari game, saya mendapatkan literatur imajinasi visual yang kurang lebih dapat dipercaya, karena game ini didesain dan dikembangkan oleh tim multikultural dan agama. Ada beberapa benang merah antara literatur yang saya temukan dan alur dalam game ini.
Assassin sebenarnya adalah lafaz dan istilah dari barat yang bersumber dari kata Hasyasyin. Hasyasyin adalah kelompok pembunuh rahasia yang terkoordinir dan terlatih dengan baik. Sebelum terjadinya Perang Salib, Hasyasyin dibentuk oleh Hassan Ibn Shabah yang tersingkir dalam suksesi di Mesir pada tahun 1090. Kemudian ia menggalang kekuatan Syi’ah di Syiria untuk membunuh para tokoh dan pimpinan Muslim Sunni (Ahlus Sunah wal Jamaah). Syi’ah sendiri adalah paham yang telah melenceng dari ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW. Hassan juga membuat benteng Masyaf yang kuat di Alamut, sebelah selatan laut Kaspia dan utara Iran. Posisi benteng yang strategis ini mempermudah para hasyasyin melakukan penyusupan dan aksi pembunuhan mereka.

Ketika kita memainkan peran sebagai seorang Assassin di game Assassin’s Creed, kita akan benar-benar mendapatkan pengalaman visual tentang latar waktu itu. Game itu berlatar tahun 1191 dengan seting berkutat di benteng Masyaf, dan tiga kota pada masa itu, yaitu Damascus, Jerussalem, dan Acre. Latarnya waktunya adalah ketika Pasukan Salib III pimpinan Richard The Lion Heart mengarah ke Jaffa, untuk selanjutnya bermaksud merebut Jerussalem dari kekuasaan Muslim.
Yang menarik adalah tentang latar tiga kota sekaligus benteng yang divisualisasikan dalam game ini, yaitu Damascus, Jerussalem, dan Acre.
Damascus adalah sebuah kota yang dibebaskan pasukan Muslim pimpinan Khalid ibn Walid dari kekaisaran Romawi Timur, Byzantium. Kota ini digambarkan sebagai kota yang indah, dan merupakan pusat kekuatan Muslim.
Jerussalem adalah kota suci yang menjadi sengketa dari dulu sampai sekarang. Di tanah ini terdapat Solomon’s temple, the Dome of the Rock, the al-Aqsa Mosque, and the Church of the Holy Sepulchre. Awalnya kota ini diserahkan secara damai kepada Khalifah Umar ibn Khaththab pada tahun 637 M atau 16 H. Selama 8 abad, Muslim, Nasrani, dan Yahudi hidup dengan damai berdampingan di bawah kekhalifahan. Sampai akhirnya, Jerussalem dapat ditaklukkan oleh gelombang Pasukan Salib (Crusaders). Para prajurit haus darah ini membantai 70.000 Muslim di yang berlindung Masjidil Aqsha. Bahkan para semua Yahudi dan Nasrani yang membantu mempertahankan kota juga menjadi korban pembantaian. Sampai-sampai seorang sejarawan barat mengungkapkan, “…pembantaian terbesar yang membuat kami melewati genangan darah hingga mata kaki…”. Kurang dari satu abad kemudian, Jerussalem kembali ke pangkuan pasukan muslim setelah kemenangan gilang gemilang 12.000 tentara Allah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi menghempaskan 50.000 Pasukan Salib di lembah Hittin.  Richard The Lion Heart, pada tahun 1191 tersebut  bermaksud merebut kembali Jerussalem dari kaum Muslimin. Kembali ke latar Assassin’s Creed, kota Jerussalem yang pada tahun itu telah ada di bawah pemerintahan Muslim itu, divisualisasikan sebagai kota di mana Muslim, Nasrani, dan Yahudi dapat hidup berdampingan. Di sana berdiri kokoh masjid-masjid, gereja-gereja, dan kuil-kuil Yahudi.
Dan Acre, sebuah kota yang digambarkan cukup suram. Hal ini mungkin dikarenakan tragedi Acre pada Juli 1191 yang berhasil ditaklukkan oleh tentara Salib. Hanya karena keterlambatan pembayaran uang tebusan sebesar 200.000 keping emas oleh Shalahuddin, Richard membantai 3.000 muslimin Acre yang kebanyakan wanita dan anak-anak.
Secara garis besar saya terkesan pada visualisasi yang mendekati real oleh para desainer game ini. Hanya saja, saya tidak sepakat  pemandangan akan pengememis dan orang gila yang ada di berbagai sudut kota, serta beberapa tentara yang mengganggu warga sipil. Terkesan memaksakan dengan men-genaralisasi-kan keadaan yang ada pada setiap kota. Maklum, ketika kota-kota dalam game itu dibuat sebagai kota yang aman tentram, tentunya akan sedikit sekali aksi pertarungan yang membuat game ini akan terasa menjenuhkan.
Hasyasyin juga turut memainkan perannya di sini. Dalam memainkan peran sebagai Assassin, kita akan berkeliling menjelahi ketiga kota tersebut, mencari informasi tentang keadaan pasukan Shalahuddin dan Richard. Tentu, hasyasyin memainkan perannya sebagai pembunuh rahasia, melenyapkan tokoh-tokoh yang dianggap berpengaruh dan mengganggu pada masa itu.
Dalam sejarah, dua pasukan besar itu bertemu dan berperang di Arsuf pada September 1191. Dan akhirnya, pada Sepetember 1192 tercapai kesepakatan damai antara Shalahuddin dan Richard, yaitu Jerussalem tetap dipegang umat Islam, dan umat Kristen diperbolehkan berziarah dengan damai.
Korban-korban yang berjatuhan akibat aksi pembunuhan rahasia Hasyasyin yaitu Nizamul Mulk (1092), Wazir al-Afdal (1122), Ibnu Kashab (1124), al-Bursuqi (1126), Raymond II of Tripoli (1152). Pada 1191, tokoh-tokoh nyata perang Salib yang dibunuh dalam Assassin’s Creed  adalah Garnier de Naplouse (hospitaller), William de Montferrat, Sibrand (pimpinan ksatria Teuton), dan Robert de Sable (pemimpin ksatria Templar). Tak berhenti sampai di situ, Conrad de Montferrat pada 1192 terbunuh di tangan Hasyasyin. Kuat dugaan bahwa Richard ada di balik pembunuhan itu. Shalahuddin al-Ayyubi juga menjadi target, dan beberapa kali hampir terbunuh. Terakhir, pangeran Edward dan Raja Edward dari Inggris yang menjadi korban dengan racun pada 1271.
Kelompok pembunuh rahasia ini pun melemah setelah bentengnya di Alamut dihancurkan kekaisaran Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada15 Desember 1256. Rekaman sejarah hasyasyin juga lenyap karena bangsa mongol yang tidak berminat pada ilmu pengetahuan tersebut menghancurkan perpustakaan hasyasyin.
Namun, dalam pengepungan mongol1256 itu, sebagian mereka masih hidup dan menyebarkan ajaran sesatnya. Mereka adalah sempalan dari syi’ah fathimiyyah yang beraliran Isma’iliyyah. Sejarah tentang pergerakan mereka telah direkam oleh banyak literatur Ulama Ahlu-sunnah setelahnya. Terbukti dlm bukunya Imam Ibn Khaldun, setelah mereka bangkit dari keterpurukannya mereka memulai pergerakan baru yaitu melenyapkan ulama Islam, salah satunya Imam Ibn Taimiyyah, Ibn Qoyyim bahkan Ibn Katsir tak luput dari target mereka.
Pada 1273, cabang-cabang Hasyasyin di Syiria diberangus oleh Kesultan Mamluk. Legenda Hasyasyin pun runtuh dengan sedikit sekali menyisakan serpihan sejarah.
Wallahu’alam bishshowab.

Sabtu, 25 Maret 2017

Sejarah Penakluk Konstantinopel

Sejarah Perjuangan Sultan Muhammad Al-Fatih Dalam Penaklukan Konstantinopel

 

Ada sesosok manusia yang ditunggu-tunggu kedatangannya dalam sejarah peradaban Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok tersebut, dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para sahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin mendengar cerita dari Nabi SAW.
قال رسول الله صل الله عليه وسلم : لتفتحن القسطنطنية فلنعم الأميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش ، رواه الإمام أحمدفى مسنده
Rasulullah saw bersaba : “Konstantinopel/istambul turki sekarang pasti akan ditaklukan maka sebaik baik pemimpin adalah pemimpin yg telah berhasil menaklukanya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan tersebut”. (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335)
dalam hadits ini Rasulullah saw memuji sultan Muhammad al Fatih, karena beliau adalah seorang sultan yg sholeh dan akidahnya sesuai dengan akidah Rasulullah saw , jika seandainya akidah sultan Muhammad al fatih bertentangan dengan akidah Rasul niscaya Rasul tidak akan memujinya.
Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” (H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
    Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini,    yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah. Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma. Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Peta Wilayah
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn, Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668M, namun gagal. prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. hingga Turki Utsmani pada masa Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut Yanisari. Dengan pasukan militernya Turki Utsmani menguasasi sekeliling Byzantium hingga Constantine merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi bahkan dua lapis seluruh kota sangat sulit ditembus, Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak menelurkan banyak bala bantuan.

Vlac Dracula

Pada pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Salah satu peperangan Murad II di wilayah Balkan adalah melawan Vlad Dracul,seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis (Dracula karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh ini). Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani.
Constantine XI, the last Byzantine Emperor at the battlements, dawn of the 29th May of 1453
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW. Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.
  •        Riwayat Sultan Mehmed II

Sultan Muhammad Al-Fatih
Sultan Mehmed II (bahasa Turki Ottoman: محمد ثانى Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), “sang Penakluk”, dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawaduk setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain Jalut melawan tentara Mongol).
sultan Muhammad al fatih adalah pengikut Asy’ari dan al Maturidi ia meyakini bahwa ALLAH SWT  ada tanpa tempat dan arah , dengan demikian hadist di atas adalah kabar gembira/busyro yang di sampaikan langsung oleh Rasulullah saw bagi seluruh kaum Ahlussunnah wal Jamaah(aswaja) , Asy’ariyyah dan al Maturidiyyah bahwa akidah mereka sesuai dengan akidah Rasulullah saw , maka berbahagialah orang-orang yg mengikuti jalan mereka , Aqidah Asy’ariyah dan al Maturidiyyah adalah aqidah yg di ikuti mayoritas umat islam dari generasi ke generasi , salaf dan khalaf ,aqidah para khalifah dan sultan , seperti sultan Salahuddin al-Ayyubi ra . Sultan salahuddin al-ayyubi seorang raja yg alim , penganut aqidah Asy’ariyyah dan bermadzhab Syafii , ia juga hafal al-quran dan kitab at tanbihul ghofilin dalam fiqih as Syafii serta sering menghadiri majelis2 ulama hadist , beliau memerintahkan agar aqidah Sunni Asy’ariyyah di kumandangkan dari atas menara masjid sebelum sholat subuh di Mesir , Hijaz/Makkah dan Madinah , Thaif dan sekitarnya serta di seluruh Negara Syam , Syiria , Yordania , Palestina , dan Lebanon .
Al Imam Muhammad bin Hibatillah al Barmaki menyusun sebuah risalah dlm bentuk nadhom berisi akidah Ahlussunnah Wal Jamaah untuk kemudian di hadiahkan kepada sultan salahuddin al-ayyubi , sultan sangat tertarik dan kemudian memerintahkan agar akidah ini di ajarkan kepada ummat islam , kecil dan besar , tua dan muda , sehingga risalah tersebut dikenal dengan nama al Aqidah ash sholahiyyah . Risalah ini di antaranya memuat penegasan bahwa ALLAH SWT maha suci dari benda/jism , sifat-sifat benda dan maha suci Allah dari arah dan tempat.
Al Hafidhz Muhammad Murtadho az zabidi w 1205 H dalam syarh ihya ulumuddin juz 2 hal 6 mengatakan ” Jika disebutkan Ahlussunnah wal Jamaah maka yg di maksud adalah al Asy’arriyyah dan al Maturidiyyah ” kemudian beliau berkata : “al imam al izz bin Abdissalam mengemukakan bahwa akidah Asy’ariyyah di sepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafii , Maliki , Hanafi dan pemuka-pemuka Hanbali/fudlala al Hanabilah , Apa yg di kemukakan oleh al izz bin Abdissalam ini di setujui oleh para ulama di masanya , seperti Abu ‘Amr bin al Hajib/pimpinan madzhab Maliki di masanya , Jamaluddin al Hushari/pimpinan madzhab Hanafi di masanya , Taqiyyudin as Subkhi sebagaimana dinukil putranya Tajuddin as subkhi ” . Al Hakim dlm al Mustadrak dan al hafidz ibnu assakir dlm tabyin kadzib al muftari meriwayatkan bahwasanya ketika turun ayat ‎
فسوف يأت الله بقوم يحبهم ويحبونه ، المائده ٥٤
‎Rasulullah saw menunjuk sahabat Abu Musa al Asy’ari dan bersabda : ” Mereka adalah kaum ini ” Al Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya , juz 4 , hal 220 : ” Al Qusyairi berkata : Pengikut Abu Hasan al Asy’ari adalah termasuk kaumnya ” dan Abul Hasan al Asy’ari, imam ahlussunnah wal jama’ah (aswaja) adalah keturunan sahabat Abu Musa al Asy’ari.
Sultan Mehmed, Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.
Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.Sultan Muhammad II atau Mehmed Al-Fatih.



Sultan Sholat Dengan Tentaranya
  •             Upaya Penyerangan Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
                                                          
Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu”awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ”Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ”ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma”il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ”ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur”an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur”an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam teknologi baru pada saat itu Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta”ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Quran mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ”Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala
Kota dengan benteng >10 m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.


Pasukan Muslim Berusaha Membobol Benteng Konstantinopel
Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tersebut dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
  •       Jatuhnya Kerajaan Konstantinopel Di Tangan Tentara Muslimin
Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).
    
Al-Fatih Memberikan Semangat
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoanya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Hagia Sophia/Aya Sophia
                                                                                                                                              
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya
Menyambut Kemenangan
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.
  •        Makam Sultan Muhammad Al-Fatih 



Makam Sultan Muhammad Al- Fatih


Makam Abu Ayyub Al-Anhsari r.a
Subhanallah……!!!!!!!

Sejarah Penakluk Negeri Andalusia (Spanyol)

Tariq Bin Ziyad Sang Pembebas Andalusia


Sekelumit Tentang Negeri Spanyol (Andalusia)
Spanyol terletak di barat daya benua Eropa pada Semenanjung Iberia, berbatasan darat langsung dengan Portugal di sebelah barat dan Prancis di sebelah timur laut. Spanyol bagian selatan dekat dengan Benua Afrika, dipisahkan oleh Selat Gilbraltar. Sebelah timur Spanyol disisir oleh  Laut Mediterania, sedangkan sebelah utara terdapat Teluk Biscay yang dibentuk oleh daratan Spanyol dan Prancis. Wilayahnya mencakupi kepulauan Canary di Samudra Atlantik dan kepulauan Baleares di Laut Mediterania. Spanyol (Andalusia) adalah negeri kaum Muslimin yang pernah ditaklukan oleh panglima perang Thariq bin Ziyad. Negeri Andalusia yang pernah dikuasai kaum Muslimin dan sempat mencapai kegemilangan di bidang ilmu pengetahuan di bawah pemerintahan Islam kini telah dikuasai Nasrani.
Sejarah Penaklukan Negeri Spanyol (Andalusia)
Setelah Rasulullah Saw wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umayyah.
Sebelumnya, sejak tahun 597 M,  Spanyol (Andalusia) dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan zalim. Ia membagi masyarakat Spanyol (Andalusia) ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat. Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol (Andalusia) tidak Betah tinggal Di negeri tersebut. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda yang dinodai Roderick ikut mengungsi.
Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol (Andalusia) sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Thariq bin Ziyad berasal dari bangsa Barbar, saat ini merupakan daerah sekitar Algeria. Mengenai sukunya, para sejarawan masih berbeda pendapat, dari suku Nafza atau suku Zanata. Ia bekas seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara dari dinasti Umayyah ketika menaklukkan daerah Tanja (ujung Maroko). Di tangan Musa ini pula ia memeluk Islam bersama orang-orang Barbar lainnya.
Thariq berperawakan tinggi, berkening lebar, dan berkulit putih kemerahan. Dia masuk Islam di tangan seorang komandan muslim bernama Musa bin Nusair, orang yang dikagumi karena kegagahan, kebijaksanaan dan keberanianya.Setelah masuk Islam, mereka menjalankan seluruh syariat Islam dengan taat. Oleh karena itu, sebelum Musa bin Nushair pulang ke Afrika, ia meninggalkan beberapa orang Arab untuk mengajari mereka Al-Qur’an dan syariat Islam. Setelah itu Musa bin Nushair mengangkat Thariq, yang merupakan prajurit Musa yang terkuat, menjadi penguasa daerah Tanja dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya.
Pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah dari Musa bin Nushair untuk membebaskan semenajung Andalusia. Maka, dengan 7000 prajurit yang sebagian besar dari bangsa Barbar, Thariq berangkat menyeberangi selat Andalusia yang jaraknya 13 mil dengan perahu-perahu pemberian Julian, gubernur Ceuta di Afrika Utara, yang bersekutu dengan kaum muslimin untuk menentang raja Roderick, penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia.
Pada bulan Ramadhan 97 H pasukan Kaum Muslimin mendarat di pantai karang Andalusia. Thariq beserta pasukannya dihadapkan dengan 25.000 prajurit Visigoth. Sebuah peperangan yang tidak seimbang dalam segi jumlah. Tapi tentu saja, bagi kaum muslimin hal itu sama sekali bukan masalah. Bukankah sekian banyak peperangan yang dimenangkan oleh kaum muslim, adalah ketika jumlah mereka jauh lebih sedikit dari musuh.
Pada mulanya kedatangan pasukan Thariq ini membuat heran Tudmir, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Raja Roderick, karena mereka datang dari arah yang tidak diduga-duga, yaitu dari arah laut. Namun, yang fenomenal adalah, tindakan yang diambil oleh sang panglima Thariq bin Ziyad yang memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah membawa para pasukan kaum muslimin!!!! Sebuah langkah yang sampai sekarang dicatat dalam sejarah sebagai suatu bentuk keberanian dan keyakinan yang tiada banding, yang hanya bisa dilakukan atas dasar keimanan yang besar dan keyakinan akan pertolongan Allah SWT ditengah suasana pertempuran dan  kondisi pasukan muslim yang saat itu sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Sebuah pidato panjang yang disampaikan oleh panglima mereka, Thariq bin Ziyad yang membuat jiwa kaum muslimin yang siap berjihad menggelora.

“Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian!!”
Selanjutnya ia berteriak kencang: “Perang atau mati!” Pidato yang menggugah itu merasuk ke dalam sanubari seluruh anggota pasukannya. Dan Pasukannya Meneriakkan dengan Kalimat “Allahu Akbar”.
Dan pada 19 Juli 711 M, pasukan Thariq yang saat itu berjumlah 12000 personil setelah ada tambahan pasukan dari Ifriqiya, berhadapan dengan Raja Roderick dan pasukannya di mulut sungai (Rio) Barbate. Peperangan di bulan Ramadhan itu berlangsung sengit selama delapan hari. Pasukan Roderick pada awalnya sempat unggul, namun kelemahan di sayap kiri dan kanan pasukan mereka berhasil dimanfaatkan oleh Pasukan Islam. Dan pasukan Roderick pun terdesak, hingga akhirnya dipukul mundur. Pasukan Islam berhasil meraih kemenangan gemilang. Roderick sendiri menghilang, dan dia di duga  tenggelam di Sungai Barbate. Kuda dan sepatunya ditemukan di tepi sungai.
Gubernur Musa bin Nusair lalu mengirim surat kepada Khalifah Al-Walid, melukiskan jalannya peperangan Rio Barbate. “Penaklukan ini berbeda dari penklukan-penaklukan lain. Peristiwa seperti kiamat,” tulisnya.
Kemenangan telak dalam pertempuran di Sungai Barbate itu membentang jalan bagi masuknya Thariq bin Ziyad menuju kota Sevilla yang dijaga oleh benteng-benteng kuat. Tapi sebelum merebut Sevilla, Thariq lebih dulu menaklukkan daerah-daerah lain yang lebih lemah. Sebagian ditaklukkan dengan cara damai, tapi sebagian terpaksa dengan kekerasan karena warga setempat melawan. Mereka bersikap ramah terhadap penduduk yang tidak melawan.
Pasukan Thariq yang sudah lebih besar karena ada tambahan pasukan baru, kini mengarah ke Toledo, ibukota Visigoth (Gotik Barat). Di jalan ke Toledo itu mereka menyapu kota Ecija dimana sempat terjadi perdamaian dan menerima kekuasaan Muslim atas wilayah itu.
Dengan cepat Thariq berusaha menaklukkan sebagian besar tanah Spanyol, yang oleh orang Arab dinamakan Al-Andalus (Andalusia) itu. Ia lalu membagi-bagi pasukannya ke dalam beberapa kelompok. Satu pasukan berhasil merebut Arkidona tanpa perlawanan, dan pasukan lainnya juga dengan mudah merebut kota Elvira dekat Granada. Ia lalu menaklukkan Cordoba dan sebagian wilayah Malaga. Kemudian diteruskan dengan mengepung Granada yang berhasil ditaklukkan dengan jalan kekerasan.
Thariq lalu menuju ibukota Toledo. Di dalam perjalanan dia menyerang kota Murcia dan menghancurkan kerajaan tersebut. Ketika pasukan Islam di Toledo ternyata para pemimpin Gotik telah meninggalkan wilayah itu. Thariq memasukinya dengan mudah. Ketika itu pasukannya didukung pula oleh ksatria-ksatria Kristen lokal yang tak suka kekuasaan Bangsa Gotik Barat di negaranya.
Thariq terus mengejar para pejabat Gotik ke gunung, hingga mendapatkan harta rampasan yang sangat banyak. Harta dan para tawanan dibawa ke Toledo. Di sana para tawanan dipekerjakan untuk membangun kembali kota itu, antara lain dengan membangun 365 tiang terbuat dari batu Zabarjud.
Musa bin Nusair lalu mengirim surat kepada Thariq bin Ziyad, dan memerintahkannya untuk menghentikan gerakan, dan tetap berada di tempat surat itu tiba. Tapi, Thariq malah mengumpulkan para pejabatnya, merundingkan strategi perang.  Semuanya berpendapat melaksanakan perintah Musa akan mempersulit strategi perang mereka. Sebab, sudah terbuka untuk merekrut pasukan asal Toledo dan meraih momentum untuk menyerang lawan yang belum menyadari situasi.
Karena itu Thariq melanjutkan penaklukan seraya merekrut milisi dari warga Toledo yang sudah kalah. Thariq mengabarkan keputusannya ini kepada Musa bin Nushair disertai alasan-lasannya.
Ketika pesan Thariq sampai, Musa langsung berangkat ke Spanyol  pada bulan Juni 712 M dengan membawa 18.000 tentara, kebanyakan orang Arab. Dan seperti yang pernah disepakati dengan Thariq, pasukan Musa bin Nushair segera menuju Sevilla, kota terkuat Spanyol saat itu. Sebelum ke Sevilla pasukan Musa menaklukkan Medina Sidon dan Carmona. Musa mengepung ketat kota Sevilla dan akhirnya berhasil menghancurkan kota pusat kebudayaan Spanyol itu.  Namun kota itu ditinggalkan Musa dalam keadaan kobaran api dan ia melanjutkan perjalanan  ke arah Toledo.
Warga Sevilla tetap tak rela terhadap pendudukan oleh pasukan Muslim di sana. Setelah panglima Musa bin Nushair meninggalkan kota itu, milisi Sevilla kembali beraksi mengobarkan pemberontakan. Mereka dapat membunuh tentara Muslim. Mendengar berita itu, Musa segera mengirim anaknya Abdul Aziz, untuk kembali ke Sevilla. Ia sendiri terus menuju Toledo.
Mendengar kabar akan datangnya panglima utamanya, Musa bin Nushair, Thariq segera keluar ke perbatasan Toledo untuk menyambut Musa. Namun Musa sangat marah kepadanya. Thariq dianggap telah mengabaikan perintahnya untuk menghentikan sementara penaklukkan sampai ia datang ke Spanyol. Begitu marahnya Musa sampai ia memasukkan jendralnya itu ke dalam penjara layaknya seorang penjahat.
Di depan sidang dewan pertahanan, Musa menyatakan memecat Thariq bin Ziyad, dengan tujuan memperbaiki segala sesuatu yang telah dilakukan Thariq. Sekalipun Thariq berupaya menjelaskan bahwa keputusannya itu dilakukan demi kemaslahatan kaum Muslimin dan sudah dimusyawarahkan dengan para penasehat, Musa tetap teguh pada pendiriannya. Ia mengganti Thariq dengan Mughits bin Al-Harits, tapi Mughits menolaknya. Ia segan menjadi komandan di atas Thariq sang pemberani.
Mughits bahkan bertekad membela Thariq bin Ziyad. Diam-diam dia mengirim kabar kepada Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik tentang situasi yang berkembang.  Al-Walid sangat marah mendengarnya. Ia lalu menyurati Musa dan memerintahkan agar kedudukan Thariq dipulihkan sebagai komandan pasukan. Dan Musa menaati perintah pemimpinnya di Damaskus itu.
Kemudian kedua panglima itu bergerak terus ke utara, hingga berhasil menaklukkan Castilla, Aragon dan Catalonia (Barcelona). Keduanya bahkan sampai ke pegunungan Pyrennes yang menjadi batas antara Spanyol dan Perancis. Sekiranya tidak ada perintah dari Damaskus untuk menghentikan penaklukan, niscaya gerakan mereka berdua tak tertahankan untuk menguasai seluruh benua Eropa.
Perjalanan hidup panglima Thariq bin Ziyad, sang penakluk Spanyol yang agung telah menjadi bagian dari sejarah patriotisme Islam melalui penaklukan Spanyol (Andalusia). Nama pejuang Islam ini begitu harum, hingga diabadikan di semenanjung perbukitan karang setinggi 425 m tempat pasukan Thariq mendarat pertama kali di pantai tenggara Spanyol, yaitu Gibraltar atau Jabal Tariq.
Dalam kitab Tarikh al-Andalus, disebutkan bahwa sebelum meraih keberhasilan ini, Thariq telah mendapatkan firasat bahwa ia pernah bermimpi melihat Rasulullah SAW bersama keempat Khulafa’Al-Rasyidin berjalan di atas air hingga menjumpainya, lalu Rasulullah Saw memberitahukan kabar gembira bahwa ia akan berhasil menaklukkan Spanyol(Andalusia). Kemudian Rasulullah Saw menyuruhnya untuk selalu bersama Kaum Muslimin dan menepati janji.

Sejarah Ringkas Mengenai Peradaban Muslim di Andalusia (Spanyol)

SEJARAH ISLAM DI SPANYOL Spanyol Islam (711-1492) Islam Spanyol adalah campuran multi-budaya dari orang-orang dari tiga agama monoteist...